Senin, 20 Oktober 2014

Persediaan (SAK ETAP)

SAK ETAP mendefinisikan persediaan sebagai suatu aset yang digunakan untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, aset dalam proses produksi untuk kemudian dijual, atau aset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Pada penyusunan laporan keuangan, entitas juga harus menilai persediaan pada nilai mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dengan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kewajaran saldo persediaan, sehingga nilai persediaan yang  tercantum dalam laporan keuangan merupakan nilai manfaat ekonomis yang dalam waktu ke depan dapat masuk ke entitas.

Sebagai contoh. Pada kasus pertama perusahaan memiliki persediaan senilai Rp 100.000.000,00. Perusahaan menggunakan persediaan tersebut untuk dijual dengan harga sebesar Rp 130.000.000,00. Dengan demikian nilai persediaan telah sesuai dengan kewajaran, karena sejumlah Rp 100.000.000,00 telah masuk ke dalam entitas. Pada kasus kedua, sebelum terjadinya penjualan perusahaan mengalami bencana banjir yang berdampak pada persediaan menjadi rusak. Awalnya nilai persediaan sebesar Rp 100.000.000,00. Namun, sebagai dampak kerusakan persediaan perusahaan hanya bisa memperoleh Rp 60.000.000,00 dari seluruh persediaan yang ada. Oleh karena itu, perusahaan sudah tidak bisa lagi mencatat persediaan sebesar Rp 100.000.000,00 meski tidak ada transaksi. Penurunan nilai ini akan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi.

Pada awalnya, persediaan dinilai sebesar harga perolehan nya yang terdiri dari biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang. Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat direstitusi kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, potongan, dan lainnya yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengkonversi bahan menjadi barang jadi. Entitas harus memasukkan biaya-biaya lain ke dalam biaya persediaan hanya sepanjang biaya tersebut terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang. Misalnya, biaya overhead nonproduksi atau biaya mendesain produk untuk konsumen tertentu.

Terdapat beberapa komponen biaya yang tidak boleh dimasukkan sebagai nilai persediaan. Beberapa jenis biaya yang tidak boleh sebagai komponen nilai persediaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Biaya bahan tidak terpakai, tenaga kerja dan biaya produksi lainnya yang tidak normal.
  2. Biaya penyimpanan, kecuali biaya yang diperlukan dalam proses produksi sebelum tahap produksi selanjutnya
  3. Biaya overhead administratif yang tidak berkontribusi untuk membuat persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang
  4. Biaya penjualan.

Teknik pengukuran, seperti metode biaya standar atau metode eceran, dapat digunakan untuk mengukur biaya persediaan jika hasilnya dapat memperkirakan biaya. Biaya standar menggunakan tingkat normal dari bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, pemakaian yang efisien dan sesuai dengan kapasitas. Jika diperlukan, komponen-komponen tersebut ditelaah ulang secara reguler dan (jika diperlukan) direvisi sesuai dengan kondisi sekarang. Dalam metode eceran, biaya persediaan diukur dengan mengurangi nilai jual persediaan dengan persentase marjin keuntungan yang sesuai.

Biaya persediaan sendiri diukur dengan menggunakan tiga rumus yaitu metode indentifikasi khusus, metode masuk pertama keluar pertama, dan Metode rata-rata tertimbang. Metode indentifikasi khusus digunakan untuk jenis persediaan yang normalnya tidak dapat dipertukarkan, dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu.

Rumus biaya yang sama harus digunakan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk persediaan dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang berbeda dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak diperkenankan oleh SAK ETAP.

Pengakuan persediaan sebagai biaya dilakukan ketika terjadi penjualan atas persediaan tersebut. Namun, terdapat beberapa persediaan dapat dialokasikan ke aset lain, misalnya, persediaan yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Alokasi persediaan ke aset lain diakui sebagai beban selama umur manfaat aset tersebut.


SAK ETAP Bab 11 "Persediaan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar