SAK ETAP
mendefinisikan persediaan sebagai suatu aset yang digunakan untuk dijual dalam
kegiatan usaha normal, aset dalam proses produksi untuk kemudian dijual, atau
aset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Pada penyusunan
laporan keuangan, entitas juga harus menilai persediaan pada nilai mana yang
lebih rendah antara biaya perolehan dengan harga jual dikurangi biaya untuk
menyelesaikan dan menjual. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kewajaran saldo
persediaan, sehingga nilai persediaan yang tercantum dalam laporan keuangan merupakan
nilai manfaat ekonomis yang dalam waktu ke depan dapat masuk ke entitas.
Sebagai contoh.
Pada kasus pertama perusahaan memiliki persediaan senilai Rp 100.000.000,00.
Perusahaan menggunakan persediaan tersebut untuk dijual dengan harga sebesar Rp
130.000.000,00. Dengan demikian nilai persediaan telah sesuai dengan kewajaran,
karena sejumlah Rp 100.000.000,00 telah masuk ke dalam entitas. Pada kasus
kedua, sebelum terjadinya penjualan perusahaan mengalami bencana banjir yang
berdampak pada persediaan menjadi rusak. Awalnya nilai persediaan sebesar Rp
100.000.000,00. Namun, sebagai dampak kerusakan persediaan perusahaan hanya
bisa memperoleh Rp 60.000.000,00 dari seluruh persediaan yang ada. Oleh karena
itu, perusahaan sudah tidak bisa lagi mencatat persediaan sebesar Rp
100.000.000,00 meski tidak ada transaksi. Penurunan nilai ini akan dimasukkan ke
dalam laporan laba rugi.
Pada awalnya,
persediaan dinilai sebesar harga perolehan nya yang terdiri dari biaya
pembelian, biaya konversi, dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa
persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang. Biaya pembelian persediaan meliputi
harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat direstitusi
kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan
jasa. Diskon dagang, potongan, dan lainnya yang serupa dikurangkan dalam
menentukan biaya pembelian. Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang
secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi
tetap dan variabel yang timbul dalam mengkonversi bahan menjadi barang jadi. Entitas
harus memasukkan biaya-biaya lain ke dalam biaya persediaan hanya sepanjang
biaya tersebut terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang.
Misalnya, biaya overhead nonproduksi atau biaya mendesain produk untuk konsumen
tertentu.
Terdapat
beberapa komponen biaya yang tidak boleh dimasukkan sebagai nilai persediaan.
Beberapa jenis biaya yang tidak boleh sebagai komponen nilai persediaan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
- Biaya bahan tidak terpakai, tenaga kerja dan biaya produksi lainnya yang tidak normal.
- Biaya penyimpanan, kecuali biaya yang diperlukan dalam proses produksi sebelum tahap produksi selanjutnya
- Biaya overhead administratif yang tidak berkontribusi untuk membuat persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang
- Biaya penjualan.
Teknik
pengukuran, seperti metode biaya standar atau metode eceran, dapat digunakan
untuk mengukur biaya persediaan jika hasilnya dapat memperkirakan biaya. Biaya
standar menggunakan tingkat normal dari bahan dan perlengkapan, tenaga kerja,
pemakaian yang efisien dan sesuai dengan kapasitas. Jika diperlukan, komponen-komponen
tersebut ditelaah ulang secara reguler dan (jika diperlukan) direvisi sesuai
dengan kondisi sekarang. Dalam metode eceran, biaya persediaan diukur dengan
mengurangi nilai jual persediaan dengan persentase marjin keuntungan yang
sesuai.
Biaya persediaan
sendiri diukur dengan menggunakan tiga rumus yaitu metode indentifikasi khusus,
metode masuk pertama keluar pertama, dan Metode rata-rata tertimbang. Metode
indentifikasi khusus digunakan untuk jenis persediaan yang normalnya tidak
dapat dipertukarkan, dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu.
Rumus biaya yang
sama harus digunakan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang
serupa. Untuk persediaan dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan
rumus biaya yang berbeda dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama
(MTKP) tidak diperkenankan oleh SAK ETAP.
Pengakuan
persediaan sebagai biaya dilakukan ketika terjadi penjualan atas persediaan
tersebut. Namun, terdapat beberapa persediaan dapat dialokasikan ke aset lain,
misalnya, persediaan yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun
sendiri. Alokasi persediaan ke aset lain diakui sebagai beban selama umur
manfaat aset tersebut.
SAK ETAP Bab 11
"Persediaan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar