Jumat, 03 Oktober 2014

Rumus Persediaan

Berdasarkan PSAK, persediaan memiliki tiga jenis definisi yaitu; bahan atau barang yang diperjualbelikan dalam kegiatan usaha normal perusahaan. Persediaan adalah bahan atau barang dalam proses produksi untuk mendukung penjualan dalam kegiatan usaha normal. Persediaan juga didefinisikan sebagai bahan atau barang yang digunakan untuk menyediakan barang atau jasa.

Pada PSAK telah ditentukan bahwa rumus yang digunakan untuk menentukan saldo persediaan adalah Metode Masuk Pertama Keluar Pertama dan Metode Rata-Rata Tertimbang. Berikut adalah data transaksi persediaan (PT Distribusi TV) selama bulan Januari 2014 yang akan digunakan untuk lebih memahami kedua metode ini.
Tanggal
Keterangan
Kuantitas
Harga @
02 Januari 2014
Pembelian
100.000
Rp 2.000.000,00
09 Januari 2014
Penjualan
50.000
Rp 2.500.000,00
16 Januari 2014
Pembelian
70.000
Rp 2.100.000,00
23 Januari 2014
Penjualan
30.000
Rp 2.500.000,00
25 Januari 2014
Penjualan
50.000
Rp 2.500.000,00
27 Januari 2014
Pembelian
150.000
Rp 2.150.000,00
30 Januari 2014
Penjualan
120.000
Rp 2.000.000,00

Dari data di atas maka akan dibuatkan jurnal-jurnal sebagai berikut:
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
02 Januari 2014
Pembelian
   Kas
Rp 200.000.000.000,00

Rp 200.000.000.000,00
09 Januari 2014
Kas
   Penjualan
Rp 125.000.000.000,00

Rp 125.000.000.000,00
16 Januari 2014
Pembelian
   Kas
Rp 147.000.000.000,00

Rp 147.000.000.000,00
23 Januari 2014
Kas
   Penjualan
Rp   75.000.000.000,00

Rp   75.000.000.000,00
25 Januari 2014
Kas
   Penjualan
Rp 125.000.000.000,00

Rp 125.000.000.000,00
27 Januari 2014
Pembelian
   Kas
Rp 325.500.000.000,00

Rp 322.500.000.000,00
30 Januari 2014
Kas
   Penjualan
Rp 300.000.000.000,00

Rp 300.000.000.000,00

Sehingga data penjualan dan pembelian yang dimiliki dapat dirangkum sebagai berikut:
Tanggal
Penjualan
Pembelian
02 Januari 2014

Rp 200.000.000.000,00
09 Januari 2014
Rp 125.000.000.000,00

16 Januari 2014

Rp 147.000.000.000,00
23 Januari 2014
Rp   75.000.000.000,00

25 Januari 2014
Rp 125.000.000.000,00

27 Januari 2014

Rp 322.500.000.000,00
30 Januari 2014
Rp 300.000.000.000,00

Jumlah
Rp 625.000.000.000,00
Rp 669.500.000.000,00

Pada data di atas dapat kita lihat jumlah penjualan dan pembelian yang dilakukan selama bulan Januari 2014. Namun, laba rugi yang dicatat dalam laporan keuangan akan berbeda jika perusahaan menerapkan salah satu dari dua metode rumus persediaan. Agar lebih paham, mari kita bandingkan kedua metode rumus persediaan ini:

1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
Berikut adalah proses rumus penentuan nilai persediaan dengan menggunakan Metode Masuk Pertama Keluar Pertama.
Tanggal
Pembelian
Penjualan
Saldo
Kuantitas
Harga @
Total
Kuantitas
Harga @
Total
Kuantitas
Harga @
Total
02
100.000
2.000.000




100.000
2.000.000
200.000.000.000
09



50.000
2.000.000
100.000.000.000
  50.000
2.000.000
100.000.000.000
16
70.000
2.100.000
147.000.000.000



  50.000
  70.000
2.000.000
2.100.000
100.000.000.000
147.000.000.000
23



30.000
2.000.000
  60.000.000.000
  20.000
  70.000
2.000.000
2.100.000
  40.000.000.000
147.000.000.000
25



20.000
30.000
2.000.000
2.100.000
  40.000.000.000
  63.000.000.000
  40.000
2.100.000
  84.000.000.000
27
150.000
2.150.000
322.500.000.000



  40.000
150.000
2.100.000
2.150.000
  84.000.000.000
322.500.000.000
30



40.000
80.000
2.100.000
2.150.000
  84.000.000.000
172.000.000.000
  70.000
2.150.000
150.500.000.000

Dari perhitungan data di atas dapat kita lihat saldo akhir persediaan sebesar Rp 150.500.000.000,00. Lalu perlakuan pencatatan persediaan di atas dapat dijelaskan dengan jurnal-jurnal dan buku besar berikut:
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
02 Januari 2014
Persediaan
   Perubahan Stock
Rp 200.000.000.000,00

Rp 200.000.000.000,00
09 Januari 2014
Perubahan Stock
   Persediaan
Rp 100.000.000.000,00

Rp 100.000.000.000,00
16 Januari 2014
Persediaan
   Perubahan Stock
Rp 147.000.000.000,00

Rp 147.000.000.000,00
23 Januari 2014
Perubahan Stock
   Persediaan
Rp   60.000.000.000,00

Rp   60.000.000.000,00
25 Januari 2014
Perubahan Stock
   Persediaan
Rp 103.000.000.000,00

Rp 103.000.000.000,00
27 Januari 2014
Persediaan
   Perubahan Stock
Rp 322.500.000.000,00

Rp 322.500.000.000,00
30 Januari 2014
Perubahan Stock
   Persediaan
Rp 256.000.000.000,00

Rp 256.000.000.000,00

Buku Besar
Persediaan

Perubahan Stock
Rp 200.000.000.000,00
Rp 100.000.000.000,00

Rp 100.000.000.000,00
Rp 200.000.000.000,00
Rp 147.000.000.000,00
Rp   60.000.000.000,00

Rp   60.000.000.000,00
Rp 147.000.000.000,00
Rp 322.500.000.000,00
Rp 103.000.000.000,00

Rp 103.000.000.000,00
Rp 322.500.000.000,00

Rp 256.000.000.000,00

Rp 256.000.000.000,00

Rp 669.500.000.000,00
Rp 519.000.000.000,00

Rp 519.000.000.000,00
Rp 669.500.000.000,00
Rp 150.500.000.000,00



Rp 150.500.000.000,00

Sekarang kita sudah tahu bagaimana, cara melakukan pencatatan atas perubahan stock, sekarang kita akan menentukan laba yang dimiliki dari perhitungan persediaan dengan menggunakan Metode Masuk Pertama Keluar Pertama.
Penjualan

 Rp 625.000.000.000,00
HPP



Persediaan awal
 Rp                          0,00


Pembelian
 Rp 669.500.000.000,00


Perubahan stock
(Rp 150.500.000.000,00)


   Jumlah HPP

(Rp 519.000.000.000,00)
Laba Kotor

 Rp 106.000.000.000,00

2. Metode Rata-Rata Tertimbang
Berikut adalah proses rumus penentuan nilai persediaan dengan menggunakan Metode Rata-Rata Tertimbang.
Tanggal
Pembelian
Penjualan
Saldo
Kuantitas
Harga @
Total
Kuantitas
Harga @
Total
Kuantitas
Harga @
Total
02
100.000
2.000.000




100.000
2.000.000
200.000.000.000
09



  50.000
2.000.000
100.000.000.000
  50.000
2.000.000
100.000.000.000
16
70.000
2.100.000
147.000.000.000



  50.000
  70.000
120.000
2.000.000
2.100.000
2.058.333
100.000.000.000
147.000.000.000
247.000.000.000
23



  30.000
2.058.333
  61.750.000.000
  90.000
2.058.333
185.250.000.000
25



  50.000
2.058.333
102.916.666.667
  40.000
2.058.333
  82.333.333.333 
27
150.000
2.150.000
322.500.000.000



  40.000
150.000
190.000
2.058.333
2.150.000
2.130.702
  82.333.333.333
322.500.000.000
404.833.333.333
30



120.000
2.130.702
255.684.240.000
  70.000
2.130.702
149.149.093.333

Dari perhitungan data di atas dapat kita lihat saldo akhir persediaan sebesar Rp 150.500.000.000,00. Lalu perlakuan pencatatan persediaan di atas dapat dijelaskan dengan jurnal-jurnal dan buku besar berikut:
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
02 Januari 2014
Persediaan
   Perubahan Stock
Rp 200.000.000.000,00

Rp 200.000.000.000,00
09 Januari 2014
Perubahan Stock
   Persediaan
Rp 100.000.000.000,00

Rp 100.000.000.000,00
16 Januari 2014
Persediaan
   Perubahan Stock
Rp 147.000.000.000,00

Rp 147.000.000.000,00
23 Januari 2014
Perubahan Stock
   Persediaan
Rp   61.750.000.000,00

Rp   61.750.000.000,00
25 Januari 2014
Perubahan Stock
   Persediaan
Rp 102.916.666.667,00

Rp 102.916.666.667,00
27 Januari 2014
Persediaan
   Perubahan Stock
Rp 322.500.000.000,00

Rp 322.500.000.000,00
30 Januari 2014
Perubahan Stock
   Persediaan
Rp 255.684.240.000,00

Rp 255.684.240.000,00

Buku Besar
Persediaan

Perubahan Stock
Rp 200.000.000.000,00
Rp 100.000.000.000,00

Rp 100.000.000.000,00
Rp 200.000.000.000,00
Rp 147.000.000.000,00
Rp   61.750.000.000,00

Rp   61.750.000.000,00
Rp 147.000.000.000,00
Rp 322.500.000.000,00
Rp 102.916.666.667,00

Rp 102.916.666.667,00
Rp 322.500.000.000,00

Rp 255.684.240.000,00

Rp 255.684.240.000,00

Rp 669.500.000.000,00
Rp 520.350.906.667,00

Rp 520.350.906.667,00
Rp 669.500.000.000,00
Rp 149.149.093.333,00



Rp 149.149.093.333,00

Sekarang kita sudah tahu bagaimana, cara melakukan pencatatan atas perubahan stock, sekarang kita akan menentukan laba yang dimiliki dari perhitungan persediaan dengan menggunakan Metode Masuk Pertama Keluar Pertama.
Penjualan

 Rp 625.000.000.000,00
HPP



Persediaan awal
 Rp                          0,00


Pembelian
 Rp 669.500.000.000,00


Perubahan stock
(Rp 149.149.093.333,00)


   Jumlah HPP

(Rp 520.350.906.667,00)
Laba Kotor

Rp 104.649.093.333,00

Dapat kita lihat bahwa dengan menggunakan metode persediaan yang berbeda menghasilkan jumlah laba yang dicatat berbeda pula. Tampak laba yang menggunakan Metode Masuk Pertama Keluar Pertama memiliki laba yang lebih besar sebesar Rp 1.350.906.667,00 (Rp 106.000.000.000,00 - Rp 104.649.093.333,00) dibandingkan dengan Metode Rata-Rata Tertimbang. Secara kinerja perusahaan, laporan keuangan dengan Metode Masuk Pertama Keluar Pertama menunjukan hasil yang lebih baik. Tapi jangan salah, tidak sedikit perusahaan yang juga menggunakan Metode Rata-Rata Tertimbang. Hal ini dikarenakan dalam aspek perpajakan, perusahaan dapat mengurangi beban pajak sebesar Rp 337.726.666,75 (Rp 1.350.906.667,00 x 25%). Cukup signifikan kan dampak dari kedua metode ini, namun semua bergantung pada kebijakan perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar