Rabu, 12 November 2014

Risiko Audit dan Materialitas

Materialitas secara umum dapat diartikan sebagai salah saji dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi pengguna untuk mengambil keputusan. Auditor memiliki peran independen untuk mendeteksi adanya salah saji material. Namun, auditor dalam menyatakan pendaptanya tidak berdasarkan pada kata mutlak. Auditor menyatakan pendapat tentang salah saji material berdasarkan keyakinan yang memadai.

Materialitas memiliki kaitan yang erat dengan resiko audit. Hal ini dikarenakan auditor memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendapat atas keseluruhan laporan keuangan yang diperiksa degan sistem sempling. Resiko audit dapat diartikan sebagai ketidakmampuan auditor untuk menemukan salah saji material dalam laporan keuangan.

Salah saji material pada laporan keuangan akan memberikan dampak secara individual maupun keseluruhan dalam menyajikan laporan keuangan secara tidak wajar. Salah saji sendiri dapat terjadi dengan unsur kesengajaan dan unsur tanpa kesengajaan. Auditor hanya memiliki tanggung jawab terhadap salah saji material.

Pada SPAP menjelaskan beberapa hal yang mencangkup salah saji yang berdasarkan pada unsur kekeliruan sebagai berikut:
  1. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.
  2. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir fakta.
  3. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Salah saji material juga dapat disebabkan oleh tindakan kecurangan. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum kepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan. Dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan - salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Faktor utama yang membedakan kecurangan dengan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya yang berakibat pada salah saji dalam laporan keuangan merupakan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

Materialitas adalah pertimbangan auditor yang bersifat profesional. Pertimbangan profesional tersebut didasarkan pada kebutuhan pengguna laporan keuangan yang memiliki pengetahuan memadai untuk mempercayai laporan keuangan tersebut. Pertimbangan profesional auditor mengenai materialitas harus mencangkup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil yang ditemukan oleh auditor dapat berdampak material terhadap laporan keuangan. Sebagai contoh, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang jumlahnya tidak material dapat menjadi material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan bersyarat yang material atau hilangnya pendapatan yang material.



Berdasarkan aspek materialitas auditor harus membuat perencanaan audit dengan sedemikian rupa sehingga resiko audit dapat ditekan dengan tingkat yang rendah sesuai dengan pertimbangan profesionalnya. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari resiko bawaan, resiko pengendalian, dan resiko deteksi.


Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern.

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa secara 100%. Risiko deteksi juga dapat muncul sebagai akibat dari kesalahan dalam membuat perecanaan audit sehingga tidak mampu mendeteksi adanya salah saji material.

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Risiko bawaan dan risiko pengendalian sudah ada dan melekat pada setiap entitas baik sebelum atau sedang dilakukannya audit. Resiko deteksi muncul ketika auditor memulai untuk melakukan perencanaan pemeriksaan. Risiko bawaan dan risiko pengendalian memiliki hubungan yang terbalik degan risiko deteksi. Entitas yang memiliki risiko bawaan dan risiko pengendalian yang kecil akan membuat auditor memiliki risiko deteksi yang besar, begitu pula sebaliknya. Pada konsepnya jika entitas memiliki risiko bawaan dan risiko pengendalian yang kecil, maka entitas memiliki risiko yang rendah dalam penyusunan laporan keuangan dan memiliki pengendalian yang baik. Oleh karena itu, auditor akan kesulitan dalam mendeteksi adanya salah saji material dalam laporan keuangan.


SPAP SA Seksi 312 Resiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit

Selasa, 11 November 2014

Transaksi dalam Mata Uang Asing (SAK ETAP)

Menurut SAK ETAP, transaksi mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau harus diselesaikan dalam mata uang asing, yang meliputi transaksi yang timbul ketika entitas:
  1. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam mata uang asing.
  2. Meminjam atau meminjamkan dana atas sejumlah utang atau piutang yang didenominasi dalam mata uang asing.
  3. Memperoleh atau melepas aset yang didenominasi dalam mata uang asing.
  4. Menyelesaikan kewajiban yang didenominasi dalam mata uang asing.


Entitas harus mencatat transaksi mata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata uang fungsional, dengan menggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal transaksi antara mata uang fungsional dan mata uang asing tersebut.

Tanggal transaksi adalah tanggal dimana transaksi pertama kali memenuhi syarat pengakuan sesuai dengan SAK ETAP. Untuk tujuan praktis, kurs yang mendekati kurs sebenarnya pada tanggal transaksi sering digunakan, misalnya kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin dapat digunakan untuk seluruh transaksi dalam mata uang asing yang terjadi selama periode tersebut. Namun demikian, jika kurs tukar berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk periode tersebut tidak tepat.

Pada akhir setiap periode pelaporan, entitas harus:
  1. Pos moneter dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan kurs penutup (kurs pada tanggal pelaporan).
  2. Pos nonmoneter yang diukur dengan biaya perolehan historis dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
  3. Pos nonmoneter yang diukur dengan nilai wajar dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan nilai tukar pada saat nilai wajar ditentukan.

Entitas harus mengakui keuntungan atau kerugian selisih kurs pada laporan laba rugi periode terjadinya yang timbul dari penyelesaian transaksi moneter atau penjabaran transaksi moneter pada kurs yang berbeda dengan kurs penjabaran pada pengakuan awal selama periode berjalan atau pada laporan keuangan sebelumnya.




SAK ETAP Bab 26 Transaksi dalam Mata Uang Asing

Senin, 10 November 2014

Mata Uang Pelaporan (SAK ETAP)

Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. SAK ETAP telah mangatur bahwa entitas yang berada di Indonesia menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang pelaporan. Meskipun terdapat beberapa entitas di Indonesia yang tidak menggunakan Rupiah sebagai mata uang pelaporan. Hal ini dapat dibenarkan jika mata uang tersebut memenuhi kriteria mata uang fungsional.


Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian, jika entitas menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus merupakan mata uang fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah atau mata uang selain rupiah (misalnya dolar Amerika), bergantung pada fakta substansi ekonominya.


Laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi finansial tentang kinerja, posisi keuangan, dan arus kas entitas. Laporan keuangan dihasilkan dari catatan akuntansi entitas, sehingga mata uang yang digunakan dalam catatan akuntansi adalah mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan. Dengan konsep ini, prosedur pengukuran kembali dari catatan akuntansi laporan keuangan atau penjabaran laporan keuangan tidak diperlukan lagi, karena pada hakikatnya laporan keuangan telah disajikan pada mata uang fungsionalnya.

Suatu mata uang merupakan mata uang fungsional jika memenuhi indikator berikut ini secara menyeluruh:
  1. Indikator arus kas: arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama entitas didominasi oleh mata uang tertentu.
  2. Indikator harga jual: harga jual produk entitas dalam periode jangka pendek sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu atau produk entitas secara dominan dipasarkan untuk ekspor.
  3. Indikator biaya: biaya-biaya entitas secara dominan sangat dipengaruhi oleh pergerakan mata uang tertentu.

Untuk menentukan mata uang fungsional suatu entitas diperlukan pertimbangan mengenai indikator. Di samping itu, untuk entitas yang mempunyai lebih dari satu anak entitas atau operasi terpisah dan dapat dibedakan, seperti cabang atau divisi, di mana operasi ini dapat dipandang sebagai suatu entitas atau kegiatan operasi terpisah, mungkin digunakan beberapa mata uang fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mata uang tersebut perlu dipertimbangkan dalam penentuan mata uang fungsional entitas tersebut. Dalam penentuan mata uang fungsional tingkat relevansi dan keandalan diperoleh, misalnya melalui pemberian bobot pada masing-masing indikator tersebut di atas, kemudian atas bobot indikator individu ini ditentukan bobot secara keseluruhan. Dalam hal ini, arus kas masuk memiliki bobot paling besar. Selain pemberian bobot, juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kondisi ekonomi dalam jangka panjang.


SAK ETAP Bab 25 Mata Uang Pelaporan

Pendapatan (SAK ETAP)

Pendapatan pada konsepnya merupakan adanya kemungkinan bahwa suatu manfaat ekonomi yang akan masuk ke dalam suatu entitas. Manfaat ekonomi yang masuk ke dalam entitas akan berdampak pada meningkatnya nilai aset, menurunnya kewajiban, dan meningkatnya ekuitas yang tidak dipengaruhi adanya setoran modal.

Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume. Oleh karena itu, untuk nilai diskon penjualan dan potongan penjualan harus pada akun yang tersendiri di luar akun penjualan.

Entitas harus memasukkan dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau masih harus diterima secara bruto. Entitas harus mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai yang menjadi bagian pihak ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa, dan pajak pertambahan nilai. Dalam hubungan keagenan, entitas memasukkan dalam pendapatan hanya sebesar jumlah komisi. Jumlah yang diperoleh atas nama pihak prinsipal bukan merupakan pendapatan entitas tersebut.

Jika aliran penerimaan kas atau setara kas ditangguhkan, dan perjanjian dapat diklasifikasikan sebagai transaksi keuangan, maka nilai wajar atas pembayaran adalah nilai kini dari seluruh penerimaan masa depan yang ditentukan berdasarkan tingkat bunga yang terkait (imputed rate of interest). Suatu transaksi pembiayaan muncul ketika, misalnya, entitas menyediakan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dengan tingkat bunga di bawah tingkat bunga pasar dari pembeli sebagai pembayaran penjualan barang. Tingkat bunga yang terkait adalah mana yang lebih jelas ditentukan dari pilihan tingkat bunga yang berlaku atas instrumen serupa yang dikeluarkan oleh penerbit dengan peringkat kredit yang sama atau tingkat bunga yang mendiskontokan nilai nominal instrumen menjadi harga jual tunau saat ini dari barang dan jasa. Entitas harus mengakui perbedaan antara nilai kini dari seluruh penerimaan masa depan dan nilai nominal pembayaran sebagai pendapatan bunga

Entitas tidak dapat mengakui pendapatan jika barang atau jasa ditukar atau diganti oleh barang atau jasa yang sejenis dan bernilai sama. Namun, entitas harus mengakui pendapatan ketika barang telah dijual atau jasa diberikan dalam pertukaran barang atau jasa yang tidak serupa. Dalam kasus ini, entitas harus mengukur transaksi pada nilai wajar, kecuali (a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial atau (b) nilai wajar dari aset yang diterima ataupun aset yang dilepas tidak dapat diandalkan. Jika transaksi tidak bisa diukur pada nilai wajar, maka entitas harus mengukurnya pada jumlah tercatat dari aset yang dilepas.

Contoh 1:


Contoh 2:


Contoh 3:


A. Penjualan Barang
Menurut SAK ETAP, entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua kondisi berikut terpenuhi:
  1. Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan barang kepada pembeli.
  2. Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan manajerial sampai kepada tingkat dimana biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun kontrol efektif atas barang yang terjual.
  3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
  4. Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir masuk ke dalam entitas.
  5. Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur secara andal.

Entitas tidak boleh mengakui pendapatan jika entitas mempertahankan risiko kepemilikan yang signifikan. Contoh dari situasi dimana entitas diperbolehkan mempertahankan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan adalah sebagai berikut:
  1. Ketika entitas mempertahankan kewajiban atas kinerja yang tidak memuaskan yang tidak tercakup dalam kewajiban diestimasi untuk garansi normal.
  2. Ketika penerimaan pendapatan dari penjualan tertentu adalah kontinjen pada pembeli yang menjual barang.
  3. Ketika barang yang dikirimkan memerlukan instalasi dan instalasi tersebut adalah bagian signifikan dari kontrak dan belum dikerjakan.
  4. Ketika pembeli memiliki hak untuk membatalkan pembelian dengan alasan yang dicantumkan dalam kontrak penjualan dan entitas tidak yakin dengan kemungkinan pengembalian.

Jika entitas hanya mempertahankan risiko kepemilikan yang tidak signifikan, maka transaksi dapat dianggap sebagai suatu transaksi penjualan dan entitas mengakui pendapatan. Misalnya, penjual mengakui pendapatan ketika penjual mempertahankan status legal barang semata-mata untuk melindungi tingkat kolektibilitas piutang. Demikian pula suatu entitas mengakui pendapatan ketika entitas tersebut menawarkan pengembalian dana jika pelanggan mengalami ketidakpuasan. Dalam kasus seperti ini, entitas akan mengakui adanya kewajiban diestimasi untuk pengembalian.

B. Penyediaan Jasa
Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang berhubungan dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan (terkadang dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut:
  1. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
  2. Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas.
  3. Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.
  4. Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal.

Jika dalam periode waktu tertentu jasa diberikan melalui beberapa pekerjaan yang tidak ditentukan jumlahnya, maka entitas mengakui pendapatan secara garis lurus selama periode tersebut, kecuali terdapat bukti bahwa metode lain dapat lebih baik untuk menunjukkan tingkat penyelesaian. Jika suatu pekerjaan tertentu menjadi lebih signifikan dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, maka entitas menunda pengakuan pendapatan sampai pekerjaan signifikan tersebut dilaksanakan.

Jika hasil transaksi melibatkan penyediaan jasa tidak dapat diestimasikan secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan hanya sampai dengan beban yang dapat diperoleh kembali.

C. Kontrak Konstruksi
Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai pendapatan dan beban yang disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan (seringkali dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Estimasi hasil yang andal membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, biaya masa depan dan kolektabilitas tagihan yang andal.

Entitas harus menentukan tingkat penyelesaian dari suatu transaksi atau kontrak dengan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal sebagian besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode yang mungkin meliputi:
  1. Proporsi biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang dibandingkan dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang tidak termasuk biaya yang berhubungan dengan aktivitas masa depan, seperti bahan baku atau pembayaran di muka.
  2. Survei atas pekerjaan yang telah diselesaikan.
  3. Penyelesaian proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja.

Pada kegiatan konstruksi, terdapat beberapa hal yang harus dipahami dalam akuntansinya. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Entitas harus secepatnya mengakui sebagai beban atas semua biaya yang tidak mungkin dipulihkan.
  2. Jika ada kemungkinan bahwa harga perolehan kontrak akan melebihi jumlah pendapatan kontrak dalam kontrak konstruksi, maka ekspektasi kerugian harus segera diakui sebagai beban.
  3. Jika kolektabilitas dari suatu jumlah yang telah diakui sebagai pendapatan kontrak tidak mungkin lagi, maka entitas harus mengakui jumlah yang tidak tertagih tersebut sebagai beban bukan melakukan suatu penyesuaian atas jumlah pendapatan kontrak.

Jika hasil dari kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan hanya sebesar nilai biaya kontrak yang memiliki kemungkinan besar untuk dipulihkan dan mengakui biaya kontrak sebagai beban sesuai dengan periode terjadinya.

D. Bunga, Royalti, dan Dividen
Entitas harus mengakui pendapatan yang muncul dari penggunaan aset oleh entitas yang lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen atas dasar yang ditetapkan ketika:
  1. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas.
  2. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal.

Entitas harus mengakui pendapatan atas dasar berikut:
  1. Bunga harus diakui secara akrual.
  2. Royalti harus diakui dengan menggunakan dasar akrual sesuai dengan substansi dari perjanjian yang relevan.
  3. Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran telah terjadi.



SAK ETAP Bab 20 Pendapatan