Kamis, 16 Oktober 2014

Alokasi Biaya Departemen Pendukung

1. Alokasi Biaya
Alokasi biaya merupakan pembiayaan yang memberikan manfaat bersama dan yang terjadi ketika sumber daya yang sama digunakan untuk menghasilkan lebih dari satu produk atau jasa. Hal ini dapat dicontohkan seperti biaya mesin foto kopi pada kantor konsultan yang mendukung aktivitas pelayanan lebih dari satu jenis jasa. Oleh karena itu, biaya mesin fotokopi akan dibebankan ke pada masing-masing jenis jasa dengan proposional.

A. Jenis-Jenis Departemen
Dalam model fungsi di perusahaan, obyek biaya adalah departemen. Terdapat dua kategori departemen yaitu: Departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi secara langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa yang dijual pada pelanggan.

Departemen produksi adalah departemen secara langsung mengerjakan produksi yang diproduksi. Contoh, departemen pengesahan dan perakitan. Departemen pendukung menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan suatu jasa atau produk organisasi tersebut, misalnya: pemeliharaan, permesinan.

Dalam perusahaan jasa dapat dibagi menjadi  departemen produksi dan departemen pendukung. Pabrik pembuat furniture dapat dibagi dua departemen produksi (perakitan dan penyelesaian) serta empat departemen pendukung (ruang penyimpanan bahan baku, kafetaria, pemeliharaan, general factory).

B. Jenis-Jenis Dasar Alokasi
Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung: oleh sebab itu, biaya departemen pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi. Faktor-faktor penyebabnya adalah variabel atau aktivitas dalam departemen produksi, yang menyebabkan munculnya biaya jasa pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya departemen pendukung, berbagai usaha harus dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab yang sesuai (penggerak biaya). Menggunakan faktor penyebab akan menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Selanjutnya, jika faktor penyebab diketahui, para manajer dapat mengontrol konsumsi jasa pendukung dengan lebih baik.

2. Tujuan Alokasi Biaya
Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya departemen pendukung ke departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu:
  1. Untuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan
  2. Untuk menghitung profibilitas lini produk
  3. Untuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
  4. Untuk meniai persedian
  5. Untuk memotivasi para manajer

Jika biaya tidak dialokasikan dengan akurat, biaya beberapa jasa dapat terlalu tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan hilangnya potensi bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan mengakibatkan kerugian pada jasa ini. Hal yang berhubungan dekat dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba berbagai jasa, seseorang manajer dapat mengevaluasi bauran jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting untuk menentukan laba.
     
Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya departemen pendukung tidak dialokasikan ke departemen produksi, para manajer dapat memperlakukan jasa ini seakan-akan jasa tersebut gratis. Tentu saja, pada kenyataa nya, biaya marginal sebuah jasa lebih besar dari nol. Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manajer departemen produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit mereka, suatu organisasi dapat memastikan bahwa para manajer akan menggunakan suatu jasa hingga manfaat marginal suatu jasa sama dengan biaya marginalnya. Jadi, mengalokasikan biaya jasa membantu tiap departemen produksi memilih tingkat konsumsi yang benar.

3. Alokasi Biaya Antar Departemen
A. Tarif Pembebanan Tunggal
Perusahaan memiliki departemen pengepakan untuk tiga jenis produknya, yaitu: Produk A, Produk B, dan Produk C. Biaya pengepakan merupakan biaya variabel dengan jumlah sebesar Rp 50.000,00 per lembar kardus pembungkus. Estimasi penggunaan kardus pembungkus untuk setiap jenis produk dan perhitungan biaya variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jenis Produk

Total
Produk A
100.000 Kardus x Rp 50.000,00 =
Rp   5.000.000.000,00
Produk B
200.000 Kardus x Rp 50.000,00 =
Rp 10.000.000.000,00
Produk C
500.000 Kardus x Rp 50.000,00 =
Rp 25.000.000.000,00
Jumlah
800.000 Kardus
Rp 40.000.000.000,00

Perusahaan juga mengeluarkan biaya gaji sebagai komponen biaya tetap pada akun biaya pengepakan sebesar Rp 1.000.000.000,00. Maka total biaya pengepakan sebesar Rp 41.000.000.000,00 (Rp 40.000.000.000,00 + Rp 1.000.000.000,00) dengan jumlah keseluruhan kardus sebanyak 800.000 kardus. Oleh karena itu, biaya untuk satu kali pengepakan sebesar Rp 51.250,00 (Rp 41.000.000.000,00 : 800.000 kardus). Nah sekarang, kita lihat pembebanan aktualnya sebagai berikut :
Jenis Produk

Total
Produk A
  90.000 Kardus x Rp 51.250,00 =
Rp   4.612.500.000,00
Produk B
210.000 Kardus x Rp 51.250,00 =
Rp 10.762.500.000,00
Produk C
490.000 Kardus x Rp 51.250,00 =
Rp 25.112.500.000,00
Jumlah
790.000 Kardus
Rp 40.487.500.000,00

Dari perhitungan perhitungan tarif pembebanan tunggal perusahaan mengeluarkan biaya Rp 40.487.500.000,00. Namun, apakah benar angka tersebut? Mari kita lakukan analisis dengan langkah sebagai berikut:
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.000.000.000,00 + ( 790.000 Kardus x Rp 50.000,00)
= Rp 1.000.000.000,00 + Rp 39.500.000.000,00
= Rp 40.500.000.000,00
Jadi sebenarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 40.500.000.000,00 untuk pengepakan dan ada selisih sebesar Rp 12.500.000,00. 

B. Pengembangan Tarif Tetap
Biaya jasa tetap dapat di anggap sebagai biaya kapasitas, mereka di keluarkan guna menyediakan kapasitas yang diperlukan untuk mengirim unit produk yang dibutuhkan oleh departemen produksi. Ketika departemen pendukung dibentuk, kemampuan mengirimnya dirancang untuk melayani kebutuhan jangka panjang departemen produksi. Karena kebutuhan jasa pada awalnya menyebabkan penciptaan kemampuan pelayanan, maka adalah beralasan untuk mengalokasikan biaya jasa tetap berdasarkan kebutuhan tersebut. Hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Jenis Produk
Estimasi Kardus
Prosentase Kardus
Biaya Tetap
Pembebanan B. Tetap
Produk A
100.000Kardus
13%
Rp 1.000.000.000,00
Rp    125.000.000,00
Produk B
200.000Kardus
25%
Rp 1.000.000.000,00
Rp    250.000.000,00
Produk C
500.000Kardus
63%
Rp 1.000.000.000,00
Rp    625.000.000,00
Jumlah
800.000Kardus
100%

Rp 1.000.000.000,00

C. Pengembangan Tarif Variabel
Tarif Variabel tergantung pada biaya yang berubah ketika penggerak biaya berubah. Pada departemen pengepakan, penggerak biaya adalah jumlah lembar kardus. Pada kegiatan aktual perusahaan menggunakan 790.000 lembar kardus, maka jumlah biaya variabel atas pengepakan sebesar Rp 39.500.000.000,00 (790.000 Kardus x Rp 50.000,00). Pengembangan tarif variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
Janis Produk
Estimasi Kardus
Prosentase Kardus
Biaya Variabel
Pembebanan B. Variabel
Produk A
100.000Kardus
13%
Rp39.500.000.000,00
Rp   4.937.500.000,00
Produk B
200.000Kardus
25%
Rp39.500.000.000,00
Rp   9.875.000.000,00
Produk C
500.000Kardus
63%
Rp39.500.000.000,00
Rp 24.687.500.000,00
Jumlah
800.000Kardus
100%

Rp 39.500.000.000,00

4. Metode Alokasi Biaya Departemen Pendukung
Dalam menentukan metode alokasi biaya departemen pendukung yang digunakan, perusahaan hatus menetapkan batasan interaksi departemen pendukung. Selain itu, mereka harus menimbang biaya dan manfaat yang berhubungan dengan ketiga metode pengalokasian biaya, yakni:
A. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode paling sederhana dan paling langsung mengalokasikan biaya departemen pendukung. Biaya jasa variabel dialokasikan langsung ke departemen produksi secara proporsional terhadap masing-masing departemen pengguna jasa. Biaya tetap juga dialokasikan langsung kepada departemen produksi, tetapi berdasarkan proporsi pada kapasitas normal atau praktis departemen produksi.

Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Pengerindaan
Perakitan
Biaya langsung
$ 250.000
$ 160.000
$ 100.000
$ 60.000
Aktivitas normal:




   Killowat-jam

   200.000
   600.000
 200.000
   Jam pemeliharaan
       1.000

      4.500
     4.500

Dari data di atas maka kita akan melakukan alokasi biaya pendukung dengan metode langsung sebagai berikut:

Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi
Pengerinda
Perakitan
Dep. Listrik
600.000
0,75
-
(600.000 + 200.000)
200.000
-
0,25
(600.000 + 200.000)
Dep. Pemeliharaan
4.500
0,50
-
(4.500 + 4.500)
4.500
-
0,50
(4.500 + 4.500)

Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung dengan Menggunakan Rasio Alokasi

Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Pengerindaan
Perakitan
Biaya langsung
$ 250.000
$ 160.000
$ 100.000
$   60.000
Dep. Listrik
($ 250.000)
-
$ 187.500
$   62.500
Dep. Pemeliharaan
-
($ 160.000)
$   80.000
$   80.000
Jumlah
0
0
$ 367.500
$ 202.500

B. Metode Berurutan
Metode ini mengetahui bahwa interaksi diantara departemen pendukung telah terjadi. Akan tetapi, metode berurutan tidak secara penuh mengakui interaksi departemen pendukung. Alokasi biaya dilakukan secara tahap demi setahap mengikuti prosedur penetapan peringkat yang ditentukan terlebih dahulu. Biasanya uruta nya ditentukan dengan menyusun peringkat departemen pendukung dalam suatu tatanan jumlah jasa yang diberikan, dari yang terbesar ke yang terkecil.

Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi
Pemeliharaan
Pengerinda
Perakitan
Dep. Listrik
20.000
0,20
-
-
(200.000 + 600.000 + 200.000)
600.000
-
0,60
-
(200.000 + 600.000 + 200.000)
200.000
-
-
0,20
(200.000 + 600.000 + 200.000)
Dep. Pemeliharaan
4.500
-
0,50
-
(4.500 + 4.500)
4.500
-
-
0,50
(4.500 + 4.500)

Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung dengan Menggunakan Rasio Alokasi

Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Pengerindaan
Perakitan
Biaya langsung
$ 250.000
$ 160.000
$ 100.000
$   60.000
Dep. Listrik
($ 250.000)
$   50.000
$ 150.000
$   50.000
Dep. Pemeliharaan
-
($ 210.000)
$ 105.000
$ 105.000
Jumlah
0
0
$ 355.000
$ 215.000

C. Metode Timbal Balik
Metode ini mengakui semua interaksi di antara departemen pendukung. Menurut metode ini salah satu departemen pendukung menggunakan angka departemen lain dalam menentukan total biaya setiap departemen pendukung dimana total biaya mencerminkan interaksi antara departemen pendukung. Jadi, total biaya yang baru dari departemen pendukung dialokasikan ke departemen produksi.

Misal data ditambah rincian nya sebagai berikut:

Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Pengerindaan
Perakitan
Biaya langsung :




   Tetap
$ 200.000
$ 100.000
$   80.000
$ 50.000
   Variabel
$   50.000
$   60.000
$   20.000
$ 10.000
Jumlah
$ 250.000
$ 160.000
$ 100.000
$ 60.000
Aktivitas normal:




   Killowat-jam

   200.000
   600.000
 200.000
   Jam pemeliharaan
       1.000

      4.500
     4.500



Proporsi Output yang Digunakan oleh Departemen
Listrik
Pemeliharaan
Pengerindaan
Perakitan
Aktivitas normal:




   Killowat-jam (L)
-
   0,20
0,60
0,20
   Jam pemeliharaan (P)
0,10
-
0,45
0,45



Total Biaya Departemen Pendukung
=
Biaya Langsung + Biaya yang Dialokasikan
Listrik (L)
=
$ 250.000 + 0,10 P



Pemeliharaan (P)
=
$ 160.000 + 0,20 L
P
=
$ 160.000 + 0,20 ($ 250.000 + 0,10 P)
P
=
$ 160.000 + $ 50.000 + 0,02 P
P - 0,02 P
=
$ 160.000 + $ 50.000
0,98 P
=
$ 210.000
P
=
$ 210.000 : 0,98
Pemeliharaan
=
$ 214.286



Listrik (L)
=
$ 250.000 + 0,10 P

=
$ 250.000 + 0,10 ($ 214.286)
Listrik
=
$ 271.429

Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung dengan Menggunakan Rasio Alokasi

Departemen Pendukung
Departemen Produksi
Listrik
Pemeliharaan
Pengerindaan
Perakitan
Biaya langsung
$ 250.000
$ 160.000
$ 100.000
$   60.000
Dep. Listrik
($ 271.429)
$   54.286
$ 162.857
$   54.286
Dep. Pemeliharaan
$   21.429
($   21.429)
$   96.429
$   96.429
Jumlah
0
0
$ 359.286
$ 210.715

Sumber :

Don R. Hansen Maryanne M. Mowen, Akuntansi Manajemen, ed. 4, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar