Standar
Costing (Biaya standar) dapat diartikan sebagai pembiayaan
yang ditentukan di muka atau dianggarkan untuk memproduksi suatu produk dan
kegiatan. Biaya standar secara umum sering digunakan oleh kalangan pengusaha.
Hal ini dikarenakan cukup signifikan nya manfaat dari penggunaan biaya standar.
Manfaat dari biaya standar dapat dijelaskan sebagai berikut:
Biaya standar
mampu untuk mengendalikan biaya yang akan dikeluarkan agar terhindar dari
pemborosan yang tidak perlu.
Biaya standar
dapat digunakan sebagai pedoman bagi pihak manajemen dalam memproduksi atau
menyediakan jasa.
Biaya standar
mampu menunjukan penilaian kinerja dari manajamen untuk melakukan anggaran
kegiatan sampai dengan aktualnya.
Langsung ke
contoh:
PT AAA
memproduksi baju dengan data sebagai berikut:
Pada kapasitas
normal, perusahaan memproduksi 4.500 helai baju yang dikerjakan dalam 100.000
jam mesin serta anggaran biaya overhead sebesar Rp 100.000.000,00 (60% BOP
Variabel).
Perusahaan
menentukan Harga Pokok Standar untuk menghasilkan satu helai baju dengan
menggunakan bahan baku 4 meter kain (@ Rp 15.000,00), tenaga kerja langsung
selama 10 jam kerja langsung (@ Rp 4.000,00) dan biaya overhead selama 9 jam
mesin.
Produksi aktual
perusahaan menunjukan bahwa telah menghasilkan 4.700 helai baju dengan
menggunakan bahan baku 20.000 meter kain (@ Rp 20.000,00), tenaga kerja langsung
selama 40.000 jam kerja langsung (@ Rp 1.800,00), dan biaya overhead selama
36.000 jam mesin (@ Rp 1.000).
Langkah pertama
: Menghitung Tarif BOP
Rumus tarif BOP
:
Tarif BOP =
|
BOP
yang dianggarkan
|
Kapasitas
Normal Mesin
|
Tarif BOP =
|
Rp
100.000.000,00
|
100.000
Jam Mesin
|
Tarif BOP =
|
Rp 1.000,00 / Jam
Mesin
|
1. Tarif BOP
Variabel
Tarif BOP Variabel =
|
Rp 1.000,00 / Jam
Mesin x 60%
|
Tarif BOP Variabel =
|
Rp 600,00 / Jam Mesin
|
2. Tarif BOP
Tetap
Tarif BOP Tetap =
|
Rp 1.000,00 / Jam
Mesin x Rp 600,00 / Jam Mesin
|
Tarif BOP Tetap =
|
Rp 400,00 / Jam Mesin
|
Langkah kedua :
Menghitung HPP Standar Per Unit
Keterangan
:
|
|
|
Biaya
Bahan Baku
|
4 Meter x Rp 15.000,00 =
|
Rp
60.000,00
|
BTKL
|
10
Jam Kerja Langsung x Rp 4.000,00 =
|
Rp
40.000,00
|
BOP
:
|
|
|
a.
BOP Variabel
|
9 Jam Mesin x Rp 600,00 =
|
Rp
5.400,00
|
b.
BOP Tetap
|
9 Jam Mesin x Rp 400,00 =
|
Rp 3.600,00
|
|
|
|
HPP Standar Per Unit =
|
Rp
109.000,00
|
Langkah ketiga :
Analisis Selisih Anggaran Dan Aktual
1. HPP yang
dianggarkan untuk 4.700 helai baju
Keterangan
:
|
|
|
Biaya
Bahan Baku
|
4.700
Helai Baju x Rp 60.000,00 =
|
Rp
282.000.000,00
|
BTKL
|
4.700
Helai Baju x Rp 40.000,00 =
|
Rp
188.000.000,00
|
BOP
:
|
|
|
a.
BOP Variabel
|
4.700
Helai Baju x Rp 5.400,00 =
|
Rp 25.380.000,00
|
b.
BOP Tetap
|
4.700
Helai Baju x Rp 3.600,00 =
|
Rp 16.920.000,00
|
|
|
|
HPP Standar (Dianggarkan) =
|
Rp
512.300.000,00
|
2. HPP yang
secara nyata terjadi (aktual)
Keterangan
:
|
|
|
Biaya
Bahan Baku
|
20.000
Meter x Rp
20.000,00 =
|
Rp
400.000.000,00
|
BTKL
|
40.000
Jam Kerja Langsungx Rp 1.800,00 =
|
Rp 72.000.000,00
|
BOP
|
36.000
Jam Mesin x Rp
1.000,00 =
|
Rp 36.000.000,00
|
|
|
|
HPP Aktual =
|
Rp
508.000.000,00
|
Pada tabel di
atas dapat kita lihat bahwa untuk menghasilkan 4.700 helai baju, perusahaan
telah menganggarkan biaya sebesar Rp 512.300.000,00 dan secara aktual telah
mengeluarkan biaya sebanyak Rp 508.000.000,00. Maka secara anggaran, perusahaan
memiliki surplus sebesar Rp 4.300.000,00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar