Senin, 20 Oktober 2014

Persediaan dengan Metode Identifikasi Khusus

Pengukuran biaya pada persediaan dengan metode identifikasi khusus memang jarang digunakan pada perusahaan. Tapi tidak sedikit pula perusahaan atau entitas yang menggunakan metode ini. Perusahaan atau entitas yang menggunakan metode identifikasi khusus jika memiliki persediaan yang dapat diidentifikasi dan pada saat penjualannya tidak dapat disubtitusikan.

Persediaan yang dimiliki baik persediaan awal, pembelian, sampai persediaan akhir dapat di identifikasi masing-masing nilai perolehan nya. Persediaan yang tidak dapat disubtitusi penjualannya atau pemakaiannya dapat dicontohkan pada perusahaan dagang yang menjualkan mobil. Jika konsumen sudah menunjuk satu mobil yang disukai dan hendak dibeli, maka mobil tersebut yang langsung keluar. Jadi pada metode identifikasi khusus tidak terikat seperti metode first in firs out atau last in last out (sudah tidak diperkenankan).

Metode identifikasi khusus juga berbeda dengan metode rata-rata tertimbang dalam menentukan nilai persediaan. Pada metode identifikasi khus, nilai persediaan adalah benar-benar sebesar harga perolehan nya. Jadi tidak dilakukan perhitungan nilai persediaan dengan menggunakan rata-rata atas nilai persediaan yang ada dengan nilai persediaan yang masuk. Harga pokok penjualan pada metode identifikasi khusus sebesar nilai peroleh mobil yang dijual tersebut.

Kelemahan metode ini jika perusahaan memiliki jenis persediaan yang dapat disubtitusi dan memiliki volume transaksi yang tinggi. Hal ini dapat dicontohkan pada perusahaan yang menjualkan beras. Pada saat pembelian yang terjadi selama satu periode, perusahaan memiliki harga beras yang beragam dengan jumlah transaksi yang banyak. Hal ini akan memakan banyak waktu dan tempat untuk mengidentifikasi beras sesuai harga perolehan nya dan jumlah yang dimiliki.

Agar lebih paham, langsung ke contoh saja. Berikut adalah data transaksi pada perusahaan mobil antik yang sangat langka pada bulan Januari 2014:
Tanggal
Keterangan
02
Membeli sebuah mobil A dengan nilai Rp 1.000.000.000,00
10
Membeli sebuah mobil B dengan nilai Rp 2.000.000.000,00
15
Membeli sebuah mobil C dengan nilai Rp 3.000.000.000,00
20
Membeli sebuah mobil D dengan nilai Rp 5.000.000.000,00
25
Menjual mobil A (Rp 1.500.000.000,00) dan mobil C (Rp 4.000.000.000,00)

Dari data diatas, yang terjual adalah mobil yang dibeli tanggal 2 dan 15 Januari. Jadi dengan metode identifikasi khusus tidak terikat kapan persediaan diperoleh seperti metode FIFO dan LIFO. Oleh karena itu, harga pokok penjualan perusahaan sebesar nilai perolehan mobil yang terjual sebesar Rp 4.000.000.000,00 (Rp 1.000.000.000,00 + Rp 3.000.000.000,00).

Metode identifikasi juga berbeda dengan metode rata-rata tertimbang yang memiliki satu harga untuk semua jenis produknya. Berdasarkan metode identifikasi khusus, persediaan dinilai sesuai harga perolehan masing-masing. Jadi persediaan akhir perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keterangan
Nominal
Mobil B
Rp 2.000.000.000,00
Mobil D
Rp 5.000.000.000,00
Jumlah
Rp 7.000.000.000,00


Tidak ada komentar:

Posting Komentar