Pegawai tidak
tetap menurut perpajakan adalah pegawai yang menerima upah atau yang
dipersamakan dengan upah bergantung jumlah masuknya pegawai tersebut untuk
bekerja. Jadi jika pegawai tersebut tidak bekerja, maka tidak memperoleh upah.
Untuk sistem pemberian upah ini maka perpajakan mengatur tersendiri jumlah
pajak penghasilan pasal 21 yang dibebankan kepada karyawan tersebut.
Secara
perpajakan, perhitungan pajak penghasilan pasal 21 pegawai tidak tetap dibagi
menjadi dua, yaitu pegawai tidak tetap dibayar bukan bulanan dan pegawai tidak
tetap dibayar bulanan.
A. Pegawai Tidak
Tetap Menerima Upah Bukan Bulanan
Pegawai tidak
tetap menerima upah bukan bulanan bisa harian atau mingguan, jadi perhitungan
secara pajaknya juga terbagi menjadi dua, yaitu:
1. PPh Pasal 21
Menerima Upah Harian
Terdapat konsep
sederhana yang sebaiknya kita miliki dalam menghitung PPh pasal 21 upah harian,
yaitu berkaitan dengan PTKP. Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak
Nomor: PER - 31/PJ/2012 pada pasal 10 ayat 4, bahwa PTKP sebulan adalah Rp
2.025.000,00.
a. Jika upah
harian yang diterima selama satu bulan tidak melebihi Rp 2.025.000,00, maka
PTKP seharinya sudah ditetapkan sebesar Rp 200.000,00. Jika
b. Jika upah
harian yang diterima selama satu bulan melebihi Rp 2.025.000,00, maka PTK
seharinya dihitung dengan rumus sebagai berikut:
PTKP sehari =
|
PTKP
Sebenarnya
|
360
|
Agar lebih
paham, langsung ke contoh saja:
a. Tuan Didi
pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Setiap bulannya Tuan Didi
hanya bekerja selama 10 hari. Setiap harinya beliau mendapat upah sebesar Rp
150.000,00. Status tuan Didi saat ini telah menikah namun belum memiliki
tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan kepada Tuan Didi?
Jawaban:
Upah Sehari
|
Rp 150.000,00
|
|
Upah Sebulan
|
Rp 150.000,00 x 10
hari =
|
Rp 1.500.000,00
|
PTKP Sebulan
|
|
Rp 2.025.000,00
|
Dapat
dilihat bahwa upah sebulan lebih kecil dibandingkan dengan PTKP sehari, maka
perhitungan pajaknya menggunakan PTKP sehari sebesar Rp 200.000,00
|
||
Upah Sehari
|
|
Rp 150.000,00
|
PTKP Sehari
|
|
Rp 200.000,00
-
|
PKP
|
|
NIHIL
|
Pajak PPh Pasal 21
Sehari
|
|
NIHIL
|
Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi tidak ada, Karena PTKP sehari lebih besar dari upah sehari tuan Didi.
b. Tuan Didi
pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Setiap bulannya Tuan Didi
hanya bekerja selama 9 hari. Setiap harinya beliau mendapat upah sebesar Rp 210.000,00.
Status tuan Didi saat ini telah menikah namun belum memiliki tanggungan. Berapakah
PPh pasal 21 yang dibebankan kepada Tuan Didi?
Jawaban:
Upah Sehari
|
Rp 210.000,00
|
|
Upah Sebulan
|
Rp 210.000,00 x 9
hari =
|
Rp 1.890.000,00
|
PTKP Sebulan
|
|
Rp 2.025.000,00
|
Dapat
dilihat bahwa upah sebulan lebih kecil dibandingkan dengan PTKP sehari, maka
perhitungan pajaknya menggunakan PTKP sehari sebesar Rp 200.000,00
|
||
Upah Sehari
|
|
Rp 210.000,00
|
PTKP Sehari
|
|
Rp 200.000,00
-
|
PKP
|
|
Rp 10.000,00
|
Pajak
PPh Pasal 21 Sehari:
|
|
|
5% x Rp 10.000,00 =
|
Rp 500,00
|
|
Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi sebesar Rp 500,00.
c. Tuan Didi
pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Setiap bulannya Tuan Didi
hanya bekerja selama 10 hari. Setiap harinya beliau mendapat upah sebesar Rp 250.000,00.
Status tuan Didi saat ini telah menikah namun belum memiliki tanggungan. Berapakah
PPh pasal 21 yang dibebankan kepada Tuan Didi?
Jawaban:
Upah Sehari
|
Rp 250.000,00
|
|
Upah Sebulan
|
Rp 250.000,00 x 10
hari =
|
Rp 2.500.000,00
|
PTKP Sebulan
|
|
Rp 2.025.000,00
|
Dapat
dilihat bahwa upah sebulan lebih besar dibandingkan dengan PTKP sehari, maka
perhitungan pajaknya menggunakan PTKP rumus.
|
||
Upah Sehari
|
|
Rp 250.000,00
|
Perhitungan
PTKP:
|
|
|
Wajib Pajak Sendiri
|
Rp 24.300.000,00
|
|
Status Menikah
|
Rp 2.025.000,00
+
|
|
PTKP Setahun
|
Rp 26.325.000,00
|
|
PTKP Sehari
|
Rp 26.325.000,00 :
360 hari =
|
Rp 73.125,00 -
|
PKP
|
|
Rp 176.875,00
|
PKP
yang digunakan untuk perhitungan pajak harus dibulatkan ribuan ke bawah
|
||
Pajak
PPh Pasal 21 Sehari:
|
|
|
5% x Rp 176.000,00 =
|
Rp 8.800,00
|
|
Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi sebesar Rp 8.800,00.
2. PPh Pasal 21
Menerima Upah Borong atau Satuan
Perhitungan PPh
pasal 21 menerima upah borongan atau satuan pada dasarnya hampir sama dengan
yang menerima upah harian. Dari upah yang diterima dicari terlebih dahulu upah hariannya.
Agar lebih paham, langsung ke contoh saja:
a. Tuan Didi
pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Beliau menerima gaji
secara borongan setiap minggunya sebesar Rp 300.000,00. Setiap satu minggu
beliau masuk kerja sebanyak 6 hari. Status tuan Didi saat ini telah menikah
namun belum memiliki tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan kepada
Tuan Didi?
Jawaban:
Upah Seminggu
|
Rp 300.000,00
|
|
Upah Sebulan
|
Rp 300.000,00 x 4 =
|
Rp 1.200.000,00
|
PTKP Sebulan
|
|
Rp 2.025.000,00
|
Dapat
dilihat bahwa upah sebulan lebih kecil dibandingkan dengan PTKP sehari, maka
perhitungan pajaknya menggunakan PTKP sehari sebesar Rp 200.000,00
|
||
Upah Sehari
|
Rp 300.000,00 : 6
hari =
|
Rp 50.000,00
|
PTKP Sehari
|
|
Rp 200.000,00
-
|
PKP
|
|
NIHIL
|
Pajak PPh Pasal 21
Sehari
|
|
NIHIL
|
Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi tidak ada, Karena PTKP sehari lebih besar dari upah sehari tuan Didi.
b. Tuan Didi
pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Beliau menerima gaji
secara borongan setiap minggunya sebesar Rp 400.000,00. Setiap satu minggu
beliau masuk kerja sebanyak 2 hari. Status tuan Didi saat ini telah menikah
namun belum memiliki tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan kepada
Tuan Didi?
Jawaban:
Upah Seminggu
|
Rp 460.000,00
|
|
Upah Sebulan
|
Rp 460.000,00 x 4 =
|
Rp 1.840.000,00
|
PTKP Sebulan
|
|
Rp 2.025.000,00
|
Dapat
dilihat bahwa upah sebulan lebih kecil dibandingkan dengan PTKP sehari, maka
perhitungan pajaknya menggunakan PTKP sehari sebesar Rp 200.000,00
|
||
Upah Sehari
|
Rp 460.000,00 : 2
hari =
|
Rp 230.000,00
|
PTKP Sehari
|
|
Rp 200.000,00
-
|
PKP
|
|
Rp 30.000,00
|
Pajak
PPh Pasal 21 Sehari:
|
|
|
5% x Rp 30.000,00 =
|
Rp 1.500,00
|
|
Pajak
PPh Pasal 21 Seminggu:
Rp 1.500,00 x 2 hari
=
|
Rp 3.000,00
|
|
Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi sebesar Rp 3.000,00.
c. Tuan Didi
pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Beliau menerima gaji
secara borongan setiap minggunya sebesar Rp 600.000,00. Setiap satu minggu
beliau masuk kerja sebanyak 6 hari. Status tuan Didi saat ini telah menikah
namun belum memiliki tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan kepada
Tuan Didi?
Jawaban:
Upah Seminggu
|
Rp 600.000,00
|
|
Upah Sebulan
|
Rp 600.000,00 x 4 =
|
Rp 2.400.000,00
|
PTKP Sebulan
|
|
Rp 2.025.000,00
|
Dapat
dilihat bahwa upah sebulan lebih besar dibandingkan dengan PTKP sehari, maka
perhitungan pajaknya menggunakan PTKP rumus.
|
||
Upah Sehari
|
Rp 600.000,00 : 6
hari =
|
Rp 100.000,00
|
Perhitungan
PTKP:
|
|
|
Wajib Pajak Sendiri
|
Rp 24.300.000,00
|
|
Status Menikah
|
Rp 2.025.000,00
+
|
|
PTKP Setahun
|
Rp 26.325.000,00
|
|
PTKP Sehari
|
Rp 26.325.000,00 :
360 hari =
|
Rp 73.125,00 -
|
PKP
|
|
Rp 26.875,00
|
PKP
yang digunakan untuk perhitungan pajak harus dibulatkan ribuan ke bawah
|
||
Pajak
PPh Pasal 21 Sehari:
|
|
|
5% x Rp 26.000,00 =
|
Rp 1.300,00
|
|
Pajak
PPh Pasal 21 Seminggu:
Rp 1.300,00 x 6 hari
=
|
Rp 7.800,00
|
|
Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi sebesar Rp 7.800,00.
B. Pegawai Tidak
Tetap Menerima Upah Bulanan
Perhitungan
pajak penghasilan pasal 21 untuk pegawai tidak tetap menerima upah bulanan hampir
sama dengan perhitungan pajak pegawai tetap. Hanya saja pada perhitungannya
yang pegawai tidak tetap, tidak menggunakan pengurang penghasilan berupa biaya
jabatan. Seperti contoh di atas yang sudah dikerjakan, tampak bahwa
perhitungannya tidak menggunakan biaya jabatan. Agar lebih paham, langsung saja
ke contoh:
a. Tuan Didi
pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Beliau menerima gaji
secara borongan setiap akhir bulan. Setiap bulannya beliau bekerja selama 20
hari dengan upah harian sebesar Rp 200.000,00. Status tuan Didi saat ini telah
menikah namun belum memiliki tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan
kepada Tuan Didi?
Jawaban:
Upah Sehari
|
Rp 200.000,00
|
|
Upah Sebulan
|
Rp 200.000,00 x 20 hari =
|
Rp 4.000.000,00
|
Upah Setahun
|
Rp 4.000.000,00 x 12
bulan =
|
Rp 48.000.000,00
|
Perhitungan
PTKP:
|
|
|
Wajib Pajak Sendiri
|
Rp 24.300.000,00
|
|
Status Menikah
|
Rp 2.025.000,00
+
|
|
PTKP Setahun
|
|
Rp 26.325.000,00
-
|
PKP
|
|
Rp 21.675.000,00
|
Pajak
PPh Pasal 21 Setahun:
|
|
|
5% x Rp 21.675.000,00
=
|
Rp 1.083.750,00
|
|
Pajak
PPh Pasal 21 Seminggu:
Rp 1.083.750,00 : 12 bulan
=
|
Rp 90.313,00
|
|
Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi sebesar Rp 90.313,00.
b. Tuan Didi
pekerja sebagai pegawai tidak tetap pada toko mebel. Beliau menerima gaji
secara borongan setiap akhir bulan. Setiap bulannya beliau bekerja selama 20
hari dengan upah harian sebesar Rp 100.000,00. Status tuan Didi saat ini telah
menikah namun belum memiliki tanggungan. Berapakah PPh pasal 21 yang dibebankan
kepada Tuan Didi?
Jawaban:
Upah Sehari
|
Rp 100.000,00
|
|
Upah Sebulan
|
Rp 100.000,00 x 20 hari =
|
Rp 2.000.000,00
|
Upah Setahun
|
Rp 2.000.000,00 x 12
bulan =
|
Rp 24.000.000,00
|
Perhitungan
PTKP:
|
|
|
Wajib Pajak Sendiri
|
Rp 24.300.000,00
|
|
Status Menikah
|
Rp 2.025.000,00
+
|
|
PTKP Setahun
|
|
Rp 26.325.000,00
-
|
PKP
|
|
NIHIL
|
Pajak PPh Pasal 21 Setahun
|
|
NIHIL
|
Jadi pajak pasal 21 sehari yang dibebankan kepada tuan Didi tidak ada. Karena PTKP tuan Didi lebih besar dibandingkan dengan upahnya. Semoga informasi ini memberikan manfaat.
Diberkati untuk Memberkati.
Diberkati untuk Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar