Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai perhitungan pajak
penghasilan suami istri. Pada peraturan perpajakan terdapat beberapa ketentuan
dalam perhitungan pajak penghasilan bagi pasangan suami istri. Hal ini
dikarenakan terdapat beberapa indikator yang membuat ragam perhitungan pajak
penghasilan suami istri.
Secara umum, indikator yang digunakan untuk menghitung pajak penghasilan
suami istri adalah pengakuan penghasilan dari masing-masing pihak pada pasangan
suami istri. Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penghasilan
digabung (pada SPT akan muncul pilihan KK "Kepala Keluarga") atau
penghasilan terpisah (pada SPT akan muncul pilihan PH "Pisah Harta"
atau MT "Memilih Terpisah")
Dua kategori ini memiliki dampak tersendiri dalam perhitungan pajak
penghasilan bagi pasangan suami istri. Pada kesempatan kali ini, kita hanya akan
menganalisis perbandingannya dengan perhitungan pajak penghasilan suami istri
yang digabung. Tujuannya hanya sebagai ilmu tambahan dalam melakukan
perencanaan pajak. Meski pada posisi lain, suami istri memiliki ketentuan
tertentu untuk memilih terpisah dalam perhitungan pajak penghasilannya.
Agar lebih jelas, mari kita langsung ke contoh saja:
Terdapat data sebagai berikut:
Suami
|
Istri
|
|||
Penghasilan (1 tahun)
|
Rp 60.000.000,00
|
Penghasilan (1 tahun)
|
Rp 48.000.000,00
|
|
Iuran yang dibayar WP (1 tahun)
|
Rp 6.000.000,00
|
Iuran yang dibayar WP (1 tahun)
|
Rp 4.800.000,00
|
|
PTKP (K/1)
|
Rp 28.350.000,00
|
PTKP (K/1)
|
Rp 24.300.000,00
|
Pada data di atas, suami istri tersebut hanya bekerja pada satu pemberi
kerja. Sehingga perhitungan pajak penghasilan untuk masing-masing suami istri
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Suami
|
Istri
|
|||
Penghasilan (1 tahun)
|
Rp 60.000.000,00
|
Penghasilan (1 tahun)
|
Rp 48.000.000,00
|
|
Iuran yang dibayar WP (1 tahun)
|
Rp 6.000.000,00
|
Iuran yang dibayar WP (1 tahun)
|
Rp 4.800.000,00
|
|
Biaya jabatan (5%)
|
Rp 2.700.000,00
(+)
|
Biaya jabatan (5%)
|
Rp 2.160.000,00
(+)
|
|
Jumlah
Pengurang
|
Rp 8.700.000,00
|
Jumlah
Pengurang
|
Rp 6.960.000,00
|
|
Penghasilan Netto
|
Rp 51.300.000,00
|
Penghasilan Netto
|
Rp 43.040.000,00
|
|
PTKP (K/1)
|
Rp 28.350.000,00 (-)
|
PTKP (TK/0)
|
Rp 24.300.000,00 (-)
|
|
Penghasilan Kena Pajak
|
Rp 22.950.000,00
|
Penghasilan Kena Pajak
|
Rp 18.740.000,00
|
|
Pajak Penghasilan Ps 21 (5%)
|
Rp 1.147.500,00
|
Pajak Penghasilan Ps 21 (5%)
|
Rp 937.000,00
|
Setelah itu mari kita bandingkan pelaporan pajak penghasilan suami istri di
atas jika menggunakan metode harta digabung dan harta dipisah yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Harta Digabung
|
Pisah Harta
|
|||
Penghasilan Suami
|
Rp 60.000.000,00
|
Penghasilan Netto Suami
|
Rp 51.300.000,00
|
|
Iuran yang dibayar WP (1 tahun)
|
Rp 6.000.000,00
|
Penghasilan Netto Istri
|
Rp 43.040.000,00 (+)
|
|
Biaya jabatan (5%)
|
Rp 2.700.000,00
(+)
|
Total Penghasilan Netto
|
Rp 94.340.000,00
|
|
Jumlah
Pengurang
|
Rp 8.700.000,00
|
PTKP (K/I/1)
|
Rp 52.650.000,00 (-)
|
|
Penghasilan Netto
|
Rp 51.300.000,00
|
Penghasilan Kena Pajak
|
Rp 41.690.000,00
|
|
PTKP (K/1)
|
Rp 28.350.000,00 (-)
|
|||
Pajak Penghasilan
|
Rp 2.084.500,00
|
|||
Penghasilan Kena Pajak
|
Rp 22.950.000,00
|
|||
Pajak Penghasilan
|
Rp 1.147.500,00
|
PPh Suami
|
Rp 51.300.000,00 x Rp
2.084.500,00
|
|
Kredit Pajak :
|
Rp 94.340.000,00
|
|||
PPh Pasal 21 Suami
|
Rp 1.147.500,00
(-)
|
PPh
Ditanggung Suami
|
Rp 1.133.505,00
|
|
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
|
NIHIL
|
PPh Pasal 21 Suami
|
Rp 1.147.500,00 (-)
|
|
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
|
(Rp 13.995,00)
|
|||
Catatan :
|
||||
Penghasilan istri karena hanya menerima dari satu
pemberi kerja maka digolongkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak final,
sehingga tidak digabungkan dalam perhitungan pajak penghasilan suami.
|
PPh Istri
|
Rp 43.040.000,00 x Rp
2.084.500,00
|
||
Rp 94.340.000,00
|
||||
PPh
Ditanggung Istri
|
Rp 950.995,00
|
|||
PPh Pasal 21 Suami
|
Rp 937.000,00 (-)
|
|||
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
|
Rp 13.995,00
|
Pada contoh di atas dapat dilihat jika pajak penghasilan suami istri yang
digabung tidak berpotensi untuk membayar pajak lagi. Berbeda bagi suami istri
dengan harta terpisah yang memiliki potensi untuk membayar pajak lagi. Nah,
mungkin pajak kurang bayar dan lebih bayarnya memiliki jumlah yang sama. Namun
bagaimana jika penghasilannya terpaut jauh seperti contoh berikut:
Suami
|
Istri
|
|||
Penghasilan Netto
|
Rp 98.350.000,00
|
Penghasilan Netto
|
Rp 43.040.000,00
|
|
PTKP (K/1)
|
Rp 28.350.000,00 (-)
|
PTKP (TK/0)
|
Rp 24.300.000,00 (-)
|
|
Penghasilan Kena Pajak
|
Rp 70.000.000,00
|
Penghasilan Kena Pajak
|
Rp 18.740.000,00
|
|
Pajak Penghasilan:
|
Pajak Penghasilan Ps 21 (5%)
|
Rp
937.000,00
|
||
Tarif I (5% x Rp 50.000.000,00)
|
Rp 2.500.000,00
|
|||
Tarif II(15% x Rp 20.000.000,00)
|
Rp 3.000.000,00
(+)
|
|||
Pajak Penghasilan Pasal 21
|
Rp 5.500.000,00
|
Setelah itu mari kita bandingkan pelaporan pajak penghasilan suami istri di
atas jika menggunakan metode harta digabung dan harta dipisah yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Harta Digabung
|
Pisah Harta
|
|||
Penghasilan Netto Suami
|
Rp 98.350.000,00
|
Penghasilan Netto Suami
|
Rp
98.350.000,00
|
|
PTKP (K/1)
|
Rp 28.350.000,00 (-)
|
Penghasilan Netto Istri
|
Rp
43.040.000,00 (+)
|
|
Penghasilan Kena Pajak
|
Rp 70.000.000,00
|
Total Penghasilan Netto
|
Rp 141.390.000,00
|
|
PTKP (K/I/1)
|
Rp
52.650.000,00 (-)
|
|||
Pajak Penghasilan:
|
Penghasilan Kena Pajak
|
Rp 88.740.000,00
|
||
Tarif I (5% x Rp 50.000.000,00)
|
Rp 2.500.000,00
|
|||
Tarif II(15% x Rp 20.000.000,00)
|
Rp 3.000.000,00
(+)
|
Pajak Penghasilan:
|
||
Pajak Penghasilan
|
Rp 5.500.000,00
|
Tarif I (5% x Rp 50.000.000,00)
|
Rp 2.500.000,00
|
|
Tarif II(15% x Rp 38.740.000,00)
|
Rp 5.811.000,00
(+)
|
|||
Kredit Pajak
|
Pajak Penghasilan
|
Rp 8.311.000,00
|
||
PPh Pasal 21 Suami
|
Rp 5.500.000,00
(-)
|
|||
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
|
NIHIL
|
PPh Suami
|
Rp
98.350.000,00 x Rp 8.311.000,00
|
|
Rp
141.390.000,00
|
||||
PPh
Ditanggung Suami
|
Rp 5.781.080,00
|
|||
Catatan :
|
PPh Pasal 21 Suami
|
Rp 5.500.000,00 (-)
|
||
Penghasilan istri karena hanya menerima dari satu
pemberi kerja maka digolongkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak final,
sehingga tidak digabungkan dalam perhitungan pajak penghasilan suami.
|
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
|
Rp 281.080,00
|
||
PPh Istri
|
Rp 43.040.000,00 x Rp
8.311.000,00
|
|||
Rp
141.390.000,00
|
||||
PPh
Ditanggung Istri
|
Rp 2.529.920,00
|
|||
PPh Pasal 21 Istri
|
Rp 937.000,00 (-)
|
|||
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
|
Rp 1.592.920,00
|
Dapat dilihat bahwa pada perhitungan pajak suami istri dengan kategori
peghasilan dipisah memiliki potensi pembayaran pajak lagi sebesar Rp 1.874.000,00
dari pajak kurang bayar suami sebesar Rp 281.080,00 dan pajak kurang bayar
istri sebesar Rp 1.592.920,00. Nah, semoga informasi ini
berguna...hehehe...Suami istri memang seharusnya jangan terpisah, karna hanya
kematian yang dapat memisahkan, kalo pisah ntar kena pajak, hehehe...